Memberi Melebihiku "Bagian 4"



Ke esokan harinya, aku menunggu ibu dengan membawa  dua bungkus makan dari hasil ojek payung di terminal tadi pagi. Untung hujan, jadi aku  bisa membeli makanan untuk  ibu walau  Cuma dengan lauk seadanya.

Kemarin aku makan sendirian, kali ini aku mau makan  bareng  ibu. Dengan semangat dan rasa  nggak sabar aku menunggu ibu. Dengan semangat dan rasa nggak sabar,aku menunggu  ibu tepat di bawah patung pancoran yang tinggi itu. 

Ibu belum datang, mungkin sebentar lagi. Kata ibu, setiap  jam segini dia selalu  lewat tempat ini. Entah mengapa, aku merasa nyaman  dengan sosok  ibu yang lembut,hangat, dan menenangkan. Aku merindukan  sosok  itu dan terus menunggunya di situ. Namun, matahari sudah mau  terbenam, entah  sudah berapa lama aku disini, tapi ibu belum juga muncul, tapi ibu belum juga muncul. Kemana ibu? Apa ibu nggak mencari barang bekas hari ini, atau ibu sudah pulang ke emperan dekat taman itu. Atau justru ibu sengaja menghindari supaya nggak ketemu aku lagi karena takut dengankuy yang seorang pencuri? Batin dan pikiranku menggerutu. Hari sudah gelap, aku pun membatalkan niat untuk menemuinya hari ini. Semoga besok nasi ini tidak basi.

Ke esokan harinya. Aku datang lagi. Sama seperti kemarin, aku menunggu di tempat itu selama beberapa jam sampai akhirnya dari seberang dan kejauhan aku melihat  sosok yang ku tunggu – tunggu muncul dengan gerobak tuanya. Ahhh.akhirnya ibu datang , senaaaang sekali. Aku ingin menyambutnya dan bisa makan.

Lalu, dia semakin mendekat. Sosok itu terlihat semakin jelas, tapi ternyata itu bukan sosok yang aku tunggu. Itu bukan ibu, melainkan seorang laki – laki dengan topi bulat yang sedang mendorong gerobak  milik ibu di seberang  jalan. Dengan sedikit kecewa, aku pun menyebrang berlari mengahmpirinya.

“Maaf pak, bukankah gerobak itu punya seorang ibu??, tanyaku sopan.
“Adek siapa?” tanyanya penasaran
“Aku...., hmm..., aku baru saja  jadi anak angkatnya kemarin, pak,” jawabku setengah ragu, lalu dia meminggirkan gerobaknya.
“Bu Asih nggak ada, Dek.”

Oooh namanya Bu Asih, ucapku dalam hati, aku terlalu senang saat mengobrol bersama ibu sampai lupa menanyakan namanya.

“Hari ini ibu  nggak mencari barangbekas ya, pak? Lalu, sekarang ibu dimana, pak? Aku mau ketemu ibu”. Kataku bersemangat.

“Ibu Asih sudah nggak mencari barang bekas lagi Dek,” jawab bapak.
“Maksudnya, pak? Ibu sudah ada pekerjaan baru? Tantaku bingung.

“Adek mau ketemu dengan Ibu Asih?!  Tanyanya “Mau banget Pak” jawabku cepat dan Yakin.  Lalu bapak yan baik hati itu mengantarku menemui ibu. Aahg, hatiku senang sekali walaupun aku masih penasaran dimana Ibu dengan pekerjaan barunya itu. Aku berjalan di belakang bapak yang sedang mendorong gerobak. Cukup jauh kami berjalan menelusuri banyak kendaraan yang berbaris tanpa aturan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi " Pemilik Mahkota Ratu dari Surga"

Air putih atau teh dan kopi?

Kecewaku tak berujung "simpang jalan part I"