Biografi " Pemilik Mahkota Ratu dari Surga"



Jihan Mawaddah, lahir di malang  tanggal 17 januari 1990. Adalah seorang pejuang literasi dengan segudang aktivitas sosialnya.

Anak dari pasangan Ahmad Taufik Kusuma dan Sri Herawati ini sangat aktif dalam kegiatan sosialisasi pencegahan narkoba dan HIV AIDS. Di bawah naungan kementrian agama kota Malang , ia dan BNN bahu membahu memberikan penyuluhan terhadap siswa/siswi  SMA yang rentan terhadap pengaruh budaya luar yang banyak menyalahgunakan  narkoba dan juga sex bebas yang di anggap sudah seperti trend dan biasa saja. Tentu itu menjadi resiko terhadap penularan penyakit HIV AIDS.

Tidak hanya di sekolah yang menjaring siswa dan siswi remaja. Kelompok sosial masyarakat juga menjadi target untuk di berikan informasi mengenai permasalahan ini. Karena dalam  pergaulan yang paling dasar adalah di lingkungan keluarga. 

Lapas wanita  menjadi tempat yang sangat rutin ia dan BNN kunjungi. Karena di dalamnya adalah kebanyakan mereka yang pernah mengedarkan dan menggunakan narkoba.   Tantangan paling berat justru ada disini. Di akui Jihan bahwa  di lapas ini ia harus bekerja keras extra untuk menyadarkan para tahanan untuk stop menggunakan barang terlarang itu dengan pendekatan secara agama dan secara lembut. Karena justru  di dalam lapas transaksi menjadi sangat cepat dan mudah. Itu di akibatkan karena pemakai dan pengedar berada dalam satu tempat yang sama. Entah bagaimana bisa terjadi, namun itu semua di luar kuasa dari BNN dan juga Jihan  yang hanya sebagai seseorang yang bertugas untuk memberikan penyuluhan.

Wanita  lulusan S1 Biologi Universitas Negri  Malang ini merupakan penulis buku yang telah membuat sepuluh  buku yang semuanya sudah terbit dan sudah beredar.  Salah satu judul yang menjadi titik balik dari seorang Jihan Mawaddah adalah buku berjudul “Antologi Titik Terendah”. Buku ini menceritakan tentang kehidupan pribadinya.  Dimana di usia 25 tahun ia harus merelakan rahmnya unutk di angkat dan juga menerima kenyataan bahwa dirinya tidak akan pernah bisa memberikan keturunan kepada sang suami tercinta.

Wanita mana yang tidak terpukul menghadapi kenyataan itu? Karena semua wanita pasti ingin memiliki anak  yang lahir dari rahimnya untuk melengkapi kesempurnaan nya sebagai seorang wanita yang menjadi seorang ibu.

Itu menjadi  alasan kuat baginya untuk bangkit dan terus berusaha menjadi seseorang yang memiliki nilai di mata dunia dengan mengabdikan diri untuk benyak orang. Salah satunya dengan menulis. Ia merasa banyak  orang yang tidak seberuntung dirinya.  Dan ia harus mengisnpirasi orang – orang yang  itu agar tetap kuat melanjutkan hidup.

Setelah beberapa tahun berusaha  menerima keadaan dan juga kondisinya dengan banyak menuis buku. Januari 2019 menjadi momen yang membahagiakan bagi Jihan. Ia bersama sang suami  mengadopsi anak yang ia beri nama Al Isya Faraisha Kaina.
Seperti  orang – orang jawa bilang “ alon alon seng penting klakon”. Yang artinya pelan – pelan yang penting di jalani.  Hidup harus terus berjalan. Sebuah ujian adalah cara Tuhan membuat kita semakin kuat.

Orang jawa memiliki sifat “Nrimo”. Yang biasanya selalu di aplikasikan dalam kehidupan sehari – harinya dengan tata bicara yang lemah lembut.

Karena Jihan Mawaddah adalah seorang dengan keturunan  Jawa asli. Dengan itu ia mengaplikasikannya di berbagai persoalan hidup membuatnya selalu  ceria.
Ia adalah seorang ratu yang memiliki mahkota  di atas langit. Sebagai pengganti karena malaikatnya  tidak di perboehkan turun ke bumi  dan harus tetap berada di surga. Karena Tuhan ingin melihatnya ketika pulang, malaikat – malaikatnya menyambutnya di depan pintu surga dengan berlarian memeluk ibundanya.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kecewaku tak berujung "simpang jalan part I"

Jakarta semakin berseri