Memberi Melebihiku "Bagian 3"

“ibu..., ibu mau nggak jadi ibuku?” tanyaku pelan.
“Tentu mau, Nak. Ibu senan....,”balas ibu sambil tersenyum dengan muka berseri.

Tanpa ragu aku memeluk ibu, dan ibu pun menyambutnya dengan mengusap rambutku penuh kelembutan.  “Berarti sekarang aku punya ibu, dong?” tanyaku senang.

Lalu, ibu tertawa mengiyakan pertanyaanku, sambil terus mengusap rambutku. Aah..., rasanya aku mau terus bersama ibu dan menemaninya.

“Oh iya, Bu , kalau aku mau ketemu ibu lagi, boleh nggak, Bu? Tanyaku.
“tentu boleh, Nak, setiap hari ibu lewat sini, dan ibu sering mampir  di bawah jembatan ini. Lagi pula, kamu kan sudah jadi anak ibu, masa ibu gak mau ketemu sama anak ibu lagi”. Ucapnya lembut sambil tersenyum  dengan mana nanar.

“Asyik terimakasih, ya bu!” kataku riang, di balas dengan ucapoan sama – sama dari ibu.

Akhirnya dengan berat hati, aku meninggalkan ibu dengan gerobak tuanya. Aku nggak boleh takut untuk pulang. Aku harus mendengar  apa yang ibu bilang.

“Baiklah, Bu, aku pamit pulang....., sampai ketemu besok ya, Bu.”
“Iya hati – hati ya, Nak”Pesannya. Ibu terus mengamatiku dari kejauhan.

Sesampainya di gubuk, Bang Japar nggak ada. Biasanya, dia tidur di terminal karna berjudi dan mabuk – mabukan. Untung aku mengikuti kata- kata ibu untuk pulang.

Aku harus berani karena aku melakukan hal yang benar. Aku nggak mau lagi mencuri sekalipun aku di pukul, biar badanku sakit tapi hatiku sehat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi " Pemilik Mahkota Ratu dari Surga"

Air putih atau teh dan kopi?

Kecewaku tak berujung "simpang jalan part I"