Memberi Melebihiku "Bagian 1"
Namaku Amad, saat ini aku berdiri di bawah kolong jembatan kota jakarta. Mengelap keringat dengan
menahan lapar luar biasa. Kota ini sungguh
sibuk dengan lalu lalang kepulan asap
kendaraan.
“Nama patung
itu Dirgantara, Nak, tapi orang – orang lebih kenal Tugu Pancoran”, kata
seorang ibu sembari menunjuk ke
atas sambil mendorong dan menarik
gerobak berisi barang bekasnya ke
trotoar. Aku mengangguk pelan.
“Sudah makan, Nak?” tanyanya lembut
Aku diam , lalu menggelengkan kepala.
“ini, makan punya ibu!”
Aku mendekat dan mengambil bungkusan nasi tersebut. Aku makan
tanpa ragu, di sudut mata aku melihat sang ibu tersenyum memperhatikanku.
“Apa ibu sudah makan?” tanyaku
“ibu belum lapar, Nak. Sudah lanjutin makannya, kamu
kelihatan lapar sekali.”
Sepanjang hari itu, ibu menceritakan banyak hal, termasuk
suaminya yang sudah lama meninggal. Dan juga anak semata wayangnya yang hilang
di banjir kanal timur waktu mencari barang bekas. Kini ibu tinggal sendiri di
jakarta, kasihan Cuma berteman dengan gerobak tua di emperan jalan dekat Taman
Tebet katanya.
Akupun banyak bercerita kepada ibu,
kalau aku adalah anak buangan. Sebelas tahunh yang lalu sewaktu aku masih bayi,
ibu kandungku membuangku di tempat sampah dekat stassiun Jatinegara. Kemudian
aku di temukan oleh seorang nenek yang gubuknya dekat stasiun tepatnya di pinggiran rel kereta api. Namun, belum lama merawatku,
nenek meninggal dunia.
Komentar
Posting Komentar